Kamis, 03 Desember 2009

resensi cerpen sebilah pisau dari tokyo

Sebilah Pisau Pembawa Maut


Judul buku : Sebilah Pisau dari Tokyo
Pengarang : Naning Pranoto
Penerbit : PT Grasindo
Catakan : I, 2003
Tebal buku : v + 124 halaman




Naning Pranoto (NP) mungkin nama yang masih asing di telinga kita, jarang kita mendengar namanya di dunia kesustraan Indonesia. Walaupun demikian Naning telah mampu menghasilkan karya-karya yang bisa dibilang mengesankan. Kurang lebih dua belas novel telah lahir dari tangannya, salah satunya yang terkenal berjudul “Mumi Beraroma Minyak Wangi” yang kini telah diterbitkan menjadi buku. Setelah beberapa kali menulis novel barulah Naning mencoba untuk menulis cerpen (cerita Pendek). NP lebih suka menulis novel ketimbang menulis cerpen, ia mengakui dalam menulis cerpen memerlukan perjuangan tersendiri.

Buku kumpulan cerpen Sebilah Pisau dari Tokyo ini merupakan buku kumpulan cerpan pertama yang telah ditulisnya, dalam buku tersebut terdapat 17 judul cerpen. Cerpen Sebilah Pisau dari Tokyo dijadikannya sebagai judul kumpulan karena menurutnya itu merupakan yang paling mengesankan dari seluruh cerpen yang ada. Cerpen-cerpen yang ada dalam buku ini sangat menarik karena dibumbui dengan bahasa asing yang ringan, contohnya kata you,what do you mean, impossible, of course dan masih banyak lagi yang lain. Tak jarang pula dalam dialog-dialognya dicampur dengan istilah-istilah jawa seperti edan, tandur, nutu, derep, ditresnani, dll.

Pada cerpen “Sebilah Pisau dari Tokyo” Naomi istri dari Taro (pemilik pisau dari Tokyo) mencurahkan isi hatinya kepada teman satu kostnya bahwa Taro memiliki kelainan seksual, dan gara-gara kelainannya itu Naomi enggan untuk tinggal satu rumah lagi dengan Taro. Pada suatu hari, entah apa yang terjadi tiba-tiba Taro menunjukkan Pisau dari Tokyo itu kepada teman satu kost Naomi, namun apa yang menempel pada pisau tersebut? Darah segar yang mulai mengering dan beratus-ratus helai rambut Naomi.(halaman 10)

Dalam cerpen “Pengakuan Gadis Bergaun Hitam” tokoh Aku pada suatu hari melihat sesosok wanita tengah duduk sendiri di taman memakai baju hitam, tak lama berpikir tokoh Aku langsung menghampirinya dan mengajaknya ngobrol. Setelah berbicara banyak perempuan tadi melontarkan sebuah pengakuan yang membuat tokoh Aku kaget, yaitu “Tadi malam saya membunuh majikan saya, merampok uangnya sebesar lima belas ribu dolar.” Hal itu dilakukannya untuk menghidupi ibunya yang tinggal di Negara sana, dengan kerjasama yang apik uang-uang tadi langsung dibawa oleh teman-temannya ke negaranya. Dia lebih baik sengsara disini untuk menghidupi keluarganya yang jauh di Negeri sana.(halaman 29)

Cerpen berjudul “Jari-Jari Arimbi” mengisahkan sesosok WTS yang ingin dinikahi oleh seseorang tokoh Aku. Tokoh Aku dalam cerita ini adalah orang yang memiliki prinsip yang kuat, tidak mudah terpengaruh oleh orang-orang sekitar yang mencelanya karena ingin menikahi seorang WTS, bahkan orang tuanya belum tahu kalau dia hendak menikahi Arimbi (WTS), semuanya serba sembunyi bahkan dia juga tahu kalau Arimbi mengidap penyakit AIDS. Namun tak seorangpun bisa mencegah niatnya untuk menikahi Arimbi. Suatu hari dia mengajak Bonar teman dekatnya untuk melamar Arimbi, namun apa yang terjadi? 30 menit sebelum Mereka datang Arimbi telah gantung diri di kamar mandi.(halaman 57)

Dalam karyanya Naning Pranoto sering menggunakan sudut pandang orang pertama, sehingga terkesan pembaca ikut berperan dalam cerita. Terkadang pembaca baru mengetahui nama tokoh Aku pada akhir cerita karena pada awal cerita tidak disebutkan. Hal ini membuat warna khas pada karangan Naning Pranoto.

Penggunaan bahasa yang dituliskan oleh NP terlihat sangat kreatif, karena dipadu dengan Bahasa Inggris dan Bahasa Jawa. Namun bagi pembaca yang tidak faham dengan istilah-istilah asing tersebut mengharuskan para pembaca itu membuka kamus untuk mengetahui arti dari kata yang dibacanya. Selain dicampur dengan kata asing, biasanya dalam cerpen-cerpennya diikuti dengan kata “eeee..”, sehingga terkesan cerita itu clometan.

Secara keseluruhan cerpen ini isinya sangat menarik, mudah dimengerti walaupun ada bahasa yang kadang membuat pembaca bingung. Seharusnya buku ini tidak dibaca oleh anak di bawah umur karena di dalam cerpen ini banyak disinggung masalah yang bersangkutan dengan seksualitas, pembunuhan, dan kekerasan yang akan membuat mereka terpengaruh dengan kejelekannya.

Beberapa cerpen dalam buku ini pernah dimuat di beberapa harian, seperti Kompas (Sebilah Pisau dari Tokyo,Minggu 13 Okt 2002),(Ketika Ibu Kami Mandi Salju,6 Agust 2000),(Kepada Tiankong, Lagit yang Jauh,15 Des 2002), Tabloid Nova (Kisah Sebuah Oasis,April 2002),(Pengakuan Gadis Bergaun Hitam,2002), Surabaya Post (Pantai Berdarah,8 okt 2000),(Jari-Jari Arimbi,19 Nov 2002),(Warna Cinta Seorang Pragawati,Des 2000). Hal itu menunjukkan cerpen karya NP merupakan cerpen yang bermutu.