Kamis, 27 Oktober 2011

analgetik


ANALGETIK NON NARKOTIK
PENDAHULUAN
Analgetik adalah senyawa yang dapat menekan fungsi sistem saraf secara selektif. Digunakan untuk mengurangi rasa sakit tanpa mempengaruhi kesadaran. Analgetik bekerja dengan meningkatkan nilai ambang persepsi rasa sakit. Berdasarkan mekanisme kerja pada tingkat molekul, analgetik dibagi menjadi dua golongan yaitu analgetik narkotik dan analgetik non-narkotik. Namun yang akan dibahas pada makalah ini hanya analgetik non narkotik saja.
KEGUNAAN ANALGETIK NON NARKOTIK
Analgetik non-narkotik digunakan untuk mengurangi rasa sakit yang ringan sampai moderat, sehingga sering disebut analgetik ringan. Analgetik non-narkotik bekerja menghambat enzim siklooksigenase dalam rangka menekan sintesis prostaglandin yang berperan dalam stimulus nyeri dan demam. Karena itu kebanyakan analgetik non-narkotik juga bekerja antipiretik serta untuk menurunkan suhu badan pada keadaan panas badan yang tinggi dan sebagai antiradang untuk pengobatan rematik.
Analgetik non narkotik dalam Ilmu Farmakologi juga sering dikenal dengan istilah Analgetik Perifer.Penggunaan Obat Analgetik Non-Narkotik atau Obat Analgesik Perifer ini cenderung mampu menghilangkan atau meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh pada sistem susunan saraf pusatatau bahkan hingga efek menurunkan tingkat kesadaran. Obat Analgetik Non-Narkotik ini juga tidak mengakibatkan efek ketagihan pada pengguna.
MEKANISME AKSI
1. Analgesik
Analgetika non narkotika menimbulkan efek analgesik dengan menghambat secara langsung dan selektif enzim-enzim pada sistem saraf pusat yang mengkatalis biosintesis prostaglandin, seperti siklooksigenase sehingga mencegah sensitasi reseptor rasa sakit oleh mediator-mediator rasa sakit, seperti bradikinin, histamin serotonin, protasiklin, prostaglandin, ion-ion hidrogen dan kalium, yang dapat merangsang rasa sakit secara mekanis atau kimiawi.
2. Antipiretik
Analgetika non narkotika menimbulkan efek antipiretik dengan meningkat eliminasi panas, pada penderita dengan suhu badan tinggi, dengan cara menimbulkan dilatasi buluh darah perifer dan mobilisasi air sehingga terjadi pengenceran darah dan pengeluaran keringat. Pengaruh obat pada suhu badan normal relatif kecil. Penurunan suhu tersebut adalah hasil kerja obat pada sistem saraf pusat yang melibatkan pusat kontrol suhu di hipotalamus.
3. Antiradang
Keradangan timbul karena pengaktifan fosfolipase A2, enzim yang menyebabkan pelepasan asam arakidonat,yang kemudian diubah menjadi prostaglandin oleh prostaglandin sintetase. Analgetik non narkotik menimbulkan efek antiradang melalui beberapa kemungkinan, antara lain adalah menghambat biosinteis dan pengluaran prostaglandin dengan cara memblok secara terpulihkan enzim siklooksigenase sehingga menurunkan gejala keradangan. Mekanisme yang lain adalah menghambat enzim-enzim yang terlibat pada biosintesis mukopolisakarida dan glikoprotein, meningkatkan pergantian jaringan kolagen dengan memperbaiki jaringan penghubung dan mencegah pengeluaran enzim-enzim lisosom melalui stabilisasi membran yang terkena radang. Analgetika non narkotik efektif untu mengurangi keradangan tetapi tidak dapat mencegah kerusakan jaringan pada penderita artritis.
PENGGOLONGANBeberapa golongan analgetik non-narkotik antara lain sebagai berikut.
1. Turunan Anilin dan Para-aminofenol
Contoh : asetaminofen (analgetik dan antipiretik)
Asetaminofen adalah obat pereda demam dan nyeri yang paling banyak dipergunakan. Senyawa ini dikenal dengan nama lain parasetamol, merupakan senyawa metabolit aktif fenasetin, namun tidak memiliki sifat karsinogenik seperti halnya fenasetin.
mekanisme kerjanya adalah asetaminofen menghambat enzim siklo-oksigenase seperti halnya aspirin, namun hal tersebut terjadi pada kondisi inflamasi, dimana terdapat konsentrasi peroksida yang tinggi. Pada kondisi ini oksidasi asetaminofen juga tinggi, sehingga menghambat aksi anti inflamasi. Hal ini menyebabkan asetaminofen tidak memiliki khasiat langsung pada tempat inflamasi, namun malah bekerja di sistem syaraf pusat untuk menurunkan temperatur tubuh, dimana kondisinya tidak oksidatif
2. Turunan 5-pirazolon
Contoh : metamizol (analgetik dan antipiretik)
Metamizol Na adalah derivat metansulfonat dari aminopirin yang mempunyai khasiat analgesik. Mekanisme kerjanya adalah menghambat transmisi rasa sakit ke susunan saraf pusat dan perifer. Metamizole Na bekerja sebagai analgesik, diabsorpsi dari saluran pencernaan mempunyai waktu paruh 1 -4 jam.
3. Turunan Asam Salisilat
Contoh : asetosal (analgetik, antipiretik, antiradang)
Asam Asetil Salisilat(asetosal) menghambat pengaruh dan biosintesa dari zat-zat yang menimbulkan rasa nyeri dan demam (Prostaglandin). Daya kerja antipiretik dan analgetik dari Aspirin diperkuat oleh pengaruh langsung terhadap susunan saraf pusat.
4. Turunan 5-pirazolidindion
Contoh : fenilbutazon (analgetik dan antiradang)
Derivat pirazolon ini memiliki khasiat antiflogistik yang lebih kuat daripada kerja analgetiknya. Karena itu golongnan ini khususnya digunakan sebagai obat rematik seperti halnya juga dengan oksifenilbutazon.
Fenilbutazon ada kalanya dimasukan dengan diam-diam (tidak tertera pada etiket) dalam sediaan-sediaan dari pabrik-pabrik kecil asing, dengan maksud untuk mengobati keadaan-keadaan lesu dan letih, otot-otot lemah dan nyeri. Penyalahgunaannya dalam obat-obat penguat dan tonikum (dengan ginseng) adalah sangat berbahaya berhubung efek merusaknya terhadap sel-sel darah.
5. Turunan Asam N-arilantranilat
Contoh : asam mefenamat (analgetik dan antiradang)
6. Turunan Asam Arilasetat
Contoh : ibuprofen dan diklofenak (analgetik, antipiretik, antiradang)
Ibuprofen
Ibuprofen (Brufen, Ifen, Motrin) mempunyai aktivitas antirematik, antiradang dan analgesik-antipiretik, digunakan terutama untuk mengurangi rasa nyeri akibat keradangan pada berbagai kondisi rematik dan artritis.
Ibuprofen diserap dengan cepat dalam saluran cerna, kadar serum tertinggi terjadi dalam 1-2 jam setelah pemberian oral, dengan waktu paruh 1,8-2 jam.
Diklofenak Na
Diklofenak Na (Voltaren, Neurofenac) dan diklofenak K (Cataflam), mempunyai aktivitas antirematik, antiradang dan analgesik-antipiretik, digunakan terutama untuk mengurangi rasa nyeri akibat keradangan pada berbagai keadaan rematik dan kelainan degeneratif pada sistem otot rangka. Diklofenak diserap secara cepat dan sempurna didalam lambung, kadar plasma tertinggi dicapai 2 jam setelah pemberian oral, dengan waktu paruh antara 6-15 jam.
7. Turunan Oksikam
Contoh : piroksikam (analgetik, antipiretik, antiradang)
Piroksikam adalah obat antiinflamasi non steroid yang mempunyai aktifitas antiinflamasi, analgetik - antipiretik. Aktifitas kerja piroksikam belum sepenuhnya diketahui, diperkirakan melalui interaksi beberapa tahap respons imun dan inflamasi, antara lain: penghambat enzim siklo-oksigenase pada biosintesa prostaglanin, penghambat pengumpulan netrofil dalam pembuluh darah, serta penghambat migrasi polimorfonuklear (PMN) dan monosit ke daerah inflamasi.
EFEK SAMPING
Efek samping obat-obat analgesik perifer: kerusakan lambung, kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal, kerusakan kulit. Penggunanan analgetik dalam dosis tinggi dan lama sangat tidak dianjurkan. Kebanyakan analgetik memperkuat efek antiguakulansia kecuali parasetamol dan glafenin. Kedua obat ini pada dosis biasa dapat dikombinasi dengan aman untuk jangka waktu 2 minggu. Pada wanita hamil obat analgesik sangat tidak dianjurkan kecuali parasetamol karena dapat mengganggu perkembangan janin
CONTOH OBAT GENERIK
IBUPROFEN 400mg

RM : C13H18O2
Komposisi
Tiap tablet salut selaput mengandung ibuprofen 400 mg.
Cara Kerja
Ibuprofen merupakan derivat asam fenil propionat dari kelompok obat antiinflamasi non steroid. Senyawa ini bekerja melalui penghambatan enzim siklo-oksigenase pada biosintesis prostaglandin, sehingga konversi asam arakidonat menjadi PG-G2 terganggu.
Prostaglandin berperan pada patogenesis inflamasi, analgesia dan demam. Dengan demikian maka ibuprofen mempunyai efek antiinflamasi dan analgetik-antipiretik.
Khasiat ibuprofen sebanding, bahkan lebih besar dari pada asetosal (aspirin) dengan efek samping yang lebih ringan terhadap lambung. Pada pemberian oral ibuprofen diabsorbsi dengan cepat, berikatan dengan protein plasma dan kadar puncak dalam plasma tercapai 1 – 2 jam setelah pemberian. Adanya makanan akan memperlambat absorbsi, tetapi tidak mengurangi jumlah yang diabsorbsi. Metabolisme terjadi di hati dengan waktu paruh 1,8 – 2 jam. Ekskresi bersama urin dalam bentuk utuh dan metabolit inaktif, sempurna dalam 24 jam.
Indikasi
Terapi simptomatik rematoid artritis dan osteoartritis, mengurangi rasa nyeri setelah operasi pada gigi dan dismenore.
Dosis
Dewasa : 200 – 400 mg , 3 – 4 kali sehari.

Efek Samping
Gangguan saluran cerna : dispepsia, heartburn, mual, muntah, diare, konstipasi, anoreksia.
Gangguan sistem saraf : sakit kepala, pusing

KontraindikasiPenderita yang hipersensitif terhadap asetosal (aspirin) atau obat antiinflamasi non steroid lainnya, wanita hamil dan menyusui, serta anak dibawah usia 14 tahun.
Penderita dengan syndroma nasal polyps, angioderma dan reaksi bronchospasma terhadap asetosal (aspirin) atau antiinflamasi non steroid yang lain. Dapat menyebabkan reaksi anafilaktik.

Interaksi Obat
Asetosal (aspirin). Dosis ibuprofen lebih dari 2,4 g per hari, dapat menggantikan warfarin dari ikatannya dengan protein plasma.

Cara Penyimpanan
Simpan di tempat sejuk dan kering.
Perhatian
Hati-hati pemberian pada penderita tukak lambung atau mempunyai riwayat tukak lambung dan penderita payah jantung, gangguan fungsi ginjal, hipertensi. Hati-hati pada penderita yang sedang mendapatkan antikoagulan kumarin.
DAFTAR PUSTAKA
Aronoff DM, Oates JA, Boutaud O (2006). "New insights into the mechanism of action of acetaminophen: Its clinical pharmacologic characteristics reflect its inhibition of the two prostaglandin H2 synthases". Clin. Pharmacol. Ther. 79 (1): 9–19.
Roberts, L.J II. & Marrow, J.D. "Analgesic-antipyretic and Antiinflammatory Agents and Drugs Employed in the Treatment of Gout" in, "Goodman & Gilman's The Pharmacological Basis of Therapeutics 10th Edition" by Hardman, J.G. & Limbird, L.E. Published by McGraw Hill, 2001, p.687–731.
Chandrasekharan NV, Dai H, Roos KL, et al (2002). "COX-3, a cyclooxygenase-1 variant inhibited by acetaminophen and other analgesic/antipyretic drugs: cloning, structure, and expression". Proc. Natl. Acad. Sci. U.S.A. 99 (21): 13926–31.
Borne, Ronald F. "Nonsteroidal Anti-inflammatory Drugs" in Principles of Medicinal Chemistry, Fourth Edition. Eds. Foye, William O.; Lemke, Thomas L.; Williams, David A. Published by Williams & Wilkins, 1995. p. 544–545.